Halaman

Sabtu, 12 Januari 2019

Jangan Lagi Pakai Aseton untuk Bersihkan Kuteks, Ini Bahayanya Bagi Kuku

Bagi Anda yang kerap kali gonta-ganti cat kuku alias kuteks, mungkin juga sering pakai aseton. Ya, aseton adalah zat kimia yang digunakan untuk membersihkan dan menghapus cat kuku. Namun, jika terlalu sering dipakai, bukannya jadi bagus, kuku Anda malah rusak dan tak indah lagi.
Lalu, seberapa bahayanya sih pakai aseton sebagai pembersih cat kuku? Yuk, pahami dulu berbagai dampaknya.

Pembersih kuteks ternyata tak cuma aseton

Aseton banyak dikenal sebagai pembersih kuteks. Padahal, tidak semua pembersih kuteks adalah aseton.
Pada dasarnya, ada dua jenis pembersih kuteks yaitu aseton dan non-aseton. Sebagian besar merek pembersih kuteks menyebutkan kandungan ini di label kemasan.
Aseton adalah cairan yang jernih, berbau tajam, dan sangat mudah terbakar. Isopropil alkohol biasanya digunakan dalam pembuatan aseton. Inilah mengapa aseton bisa dengan cepat menghapus kuteks Anda.
Bahan aktif utama dalam pembersih kuteks non-aseton biasanya adalah etil asetat, isopropil alkohol, dan propilena karbonat. Biasanya, produk ini juga ditambahkan pelembap seperti gliserin dan panthenol, supaya mencegah kekeringan pada kuku.
Namun, penghapus kuteks non-aseton tidak melarutkan lapisan kuteks dengan mudah sehingga Anda perlu memakan waktu yang lebih lama untuk menghapus kuteks.

Apa bahaya pakai aseton terlalu sering?

Aseton adalah pelarut yang sangat kuat dan bekerja paling baik untuk menghilangkan cat kuku. Namun, aseton juga sangat keras karena dapat menghilangkan banyak minyak alami dari kulit Anda.
Bahkan, kadang-kadang kuku Anda akan terlihat sangat putih jika menggunakan terlalu banyak aseton. Ini akan membuat kuku kering dan bisa menjadi rapuh jika dipakai dengan sering.
Wanita dengan kuku yang kering atau pecah, sebaiknya hindari penggunaan aseton. Karena aseton sangat kering untuk kuku, kutikula dan kulit.

Bahaya pakai aseton untuk kesehatan tubuh lainnya

Aseton sangat cepat menguap ketika dibiarkan terbuka dan mudah sekali terbakar. Aseton juga menyebabkan keracunan yang dapat mengancam nyawa, tapi ini sangat jarang terjadi karena tubuh mampu memecah aseton dalam jumlah besar yang terserap ke dalam tubuh.
Anda bisa mengalami keracunan aseton jika tidak sengaja mengonsumsi atau menelan aseton dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat.
Gejala keracunan aseton ringan termasuk sakit kepala, bicara cadel, lesu, kurang koordinasi indra gerak, rasa manis di mulut. Dalam kasus yang parah, gejala keracunan aseton termasuk koma, tekanan darah rendah, dan pingsan.
Oleh karena itu, gunakan aseton di ruangan terbuka dan jauh dari nyala api. Selalu jauhkan produk-produk yang mengandung aseton dari jangkauan anak.
Jika Anda senang mewarnai kuku dengan kuteks, pilihlah penghapus kuteks yang bebas aseton. Hal yang sama berlaku untuk polish mebel, pelicin mebel berbasis air yang sama efektifnya dengan produk aseton.

Sama-sama Penyakit Hati, Apa Bedanya Sirosis dan Kanker Hati?


Baik sirosis maupun kanker hati tergolong sebagai penyakit hati kronis yang berbahaya dan perlu diwaspadai. Meski sama-sama menyebabkan organ hati meradang dan akhirnya rusak, selama ini masih banyak orang yang menganggap bahwa sirosis hati dan kanker hati itu sama. Eits, jangan salah. Sirosis dan kanker hati itu berbeda, lho! Yuk, cari tahu perbedaannya lewat ulasan berikut ini.

Apa itu sirosis hati?

Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK)sirosis hati adalah suatu kondisi ketika sel-sel hati rusak permanen hingga timbul jaringan parut. Tumbuhnya jaringan parut tersebut justru menyebabkan organ hati tidak lagi berfungsi dengan normal, entah itu dalam mencerna makanan hingga melawan infeksi.
Sirosis hati umumnya terjadi pada orang yang terinfeksi virus hepatitis B atau C, sering minum alkohol, makanan laut mentah, dan minum obat-obatan secara berlebihan. Saking banyaknya zat-zat berbahaya yang masuk ke tubuh, hati jadi kewalahan untuk menyaringnya. Akibatnya, hati malah jadi meradang dan rusak.
Seorang dosen kedokteran sekaligus pimpinan bidang hepatologi di University of Connecticut Medical Center di Amerika Serikat, George Y. Wu, MD, PhD, mengungkapkan bahwa orang yang mengalami sirosis hati berisiko 40 persen lebih tinggi terkena kanker hati di masa depan.
Ini artinya, sirosis hati merupakan salah satu kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker hati. Terlebih bila sirosis hati tidak segera diobati semaksimal mungkin.

Apa itu kanker hati?

Kanker hati terjadi ketika sel yang tidak normal tumbuh dengan cepat di organ hati.  Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kanker hati adalah efek penyakit sirosis yang tidak ditangani dengan cepat dan telanjur parah.
Ketika sel-sel hati mulai digantikan oleh jaringan parut, organ hati secara otomatis akan mencoba menyembuhkan dirinya sendiri dengan menciptakan sel-sel baru. Meski tampak menguntungkan, hal ini justru meningkatkan risiko terjadinya kanker hati.
Semakin banyak sel-sel baru yang dibuat oleh hati, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya mutasi sel di hati. Lama-kelamaan, sel-sel tadi akan berubah jadi sel kanker yang menggerogoti hati.
Berbagai gejala kanker hati meliputi:
  • Nyeri perut bagian kanan
  • Hilang nafsu makan dan mual
  • Penurunan berat badan secara drastis
  • Mata dan kulit tampak menguning
  • Kaki dan perut membengkak
Sirosis hati dan kanker hati umumnya dapat diatasi dengan transplantasi hati. Namun yang terpenting, terapkan pola hidup sehat dan jauhi alkohol bila Anda tidak ingin terkena sirosis maupun kanker hati.

Apa Akibatnya Kalau Tubuh Mengalami Gangguan Elektrolit?


Mendengar kata elektrolit, kebanyakan orang atau mungkin juga Anda akan langsung membayangkan iklan minuman isotonik atau minuman olahraga. Ya, jenis minuman ini memang dapat membantu menggantikan elektrolit yang hilang sehabis Anda berolahraga atau beraktivitas. Tidak hanya itu, minuman isotonik juga diklaim dapat membantu mengatasi gangguan elektrolit.

Gangguan elektrolit itu apa, sih?

Cairan di dalam tubuh kita terdiri dari banyak zat, salah satunya berupa elektrolit. Elektrolit itu sendiri adalah komponen bermuatan positif dan negatif yang berperan penting untuk kesehatan tubuh. Mulai dari meningkatkan fungsi saraf dan otot, mengoptimalkan aktivitas otak, serta membangun kembali jaringan tubuh yang rusak.
Dibandingkan bayi dan anak-anak, orang dewasa dan usia lanjut lebih rentan mengalami gangguan elektrolit. Lantas, apa itu gangguan elektrolit?
Gangguan elektrolit adalah kondisi saat elektrolit dalam tubuh jadi tidak seimbang. Hal ini bisa terjadi karena tubuh Anda mengandung terlalu banyak elektrolit atau malah kekurangan elektrolit yang dibutuhkan.
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan elektrolit di tubuh Anda jadi tak seimbang, di antaranya:
  • Olahraga terlalu keras
  • Diare atau muntah dalam waktu yang lama
  • Pola makan yang buruk
  • Dehidrasi berat
  • Penyakit seperti gagal jantungdiabetes, dan beberapa jenis kanker
  • Pengobatan kanker
  • Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antibiotik dan obat diuretik

Tanda dan gejala gangguan elektrolit

Gejala gangguan elektrolit berbeda-beda, tergantung dari jenis elektrolit mana yang jumlahnya tidak seimbang dalam tubuh. Jika kadar magnesium, natrium, kalium, atau kalsium dalam tubuh tidak seimbang, maka hal ini dapat menimbulkan gejala seperti:
  • Detak jantung tidak normal
  • Tubuh lemas
  • Kelainan tulang
  • Tekanan darah tidak stabil
  • Kelainan sistem saraf
  • Kejang otot
  • Tubuh mati rasa
Sedangkan jika kadar kalsium dalam darah terlalu banyak, misalnya karena Anda sedang menjalani terapi pengobatan kanker payudara atau kanker paru-paru, maka Anda akan mengalami tanda-tanda berikut:
  • Sering buang air kecil
  • Detak jantung tidak teratur
  • Kelelahan
  • Mual, muntah, dan sakit perut
  • Mulut kering
  • Hilangnya nafsu makan
  • Sembelit
  • Koma
Elektrolit yang hilang maupun berlebih dalam tubuh harus segera diseimbangkan kembali supaya tubuh tetap sehat. Jika kelebihan elektrolit terus dibiarkan, maka hal ini dapat memperberat kerja ginjal untuk menyaringnya dan memicu sakit ginjal.
Begitu juga bila tubuh terus-terusan kekurangan elektrolit, maka hal ini bisa berakibat fatal. Mulai dari menyebabkan kejang, koma, hingga henti jantung.
Bila Anda mulai mengalami salah satu atau beberapa gejala gangguan elektrolit di atas, sebaiknya jangan tunda lagi untuk periksa ke dokter.

Kenapa Kuku Tidak Sakit Saat Dipotong? 7 Fakta Penting Tentang Kuku

Apa yang Anda ketahui tentang kuku selain bahwa kuku adalah bagian dari tubuh manusia yang tumbuh di ujung jari? Tahukah Anda tentang fungsi kuku? Atau, tahukah Anda kenapa potong kuku tidak terasa sakit?
Tidak mengherankan jika banyak orang, atau mungkin termasuk Anda tidak mengetahuinya, karena ukuran kuku yang kecil sering kali membuat orang beranggapan bahwa kuku adalah pelengkap untuk jari tangan dan kaki. Padahal, meskipun kuku memiliki ukuran yang kecil, bukan berarti bahwa kuku tidak memiliki fungsi penting bagi Anda. Berikut adalah beberapa fakta tentang kuku yang perlu Anda ketahui.

1. Kuku terbuat dari apa?

Bentuk kuku yang unik dengan tekstur yang licin seringkali membuat orang bertanya-tanya tentang “bahan dasar” kuku. Kuku tersusun dari lapisan berlapis protein yang disebut keratin. Keratin tumbuh dari lapisan sel yang berada di bawah kutikel, yang terlihat sebagai lapisan putih tipis di dasar kuku.

2. Kenapa potong kuku tidak sakit?

Anda tidak akan pernah merasakan sakit ketika kuku dipotong karena kuku terbuat dari sel-sel mati yang mengeras, sehingga tidak ada jaringan saraf yang terbentuk di dalamnya.

3. Apa fungsi kuku?

Kulit ari pada pangkal kuku Anda berfungsi untuk melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku adalah untuk melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf agar tetap aman dari cedera, serta meningkatkan daya sentuh.

4. Menggigit kuku akan meningkatkan risiko Anda terinfeksi bakteri

Kebiasaan menggigit kuku dapat merusak kuku sehingga membuat kuku Anda tampak aneh. Bahkan, hal tersebut dapat memungkinkan bakteri atau jamur masuk ke dalam tubuh Anda dan menyebabkan infeksi.
Untuk mengurangi atau menghentikan kebiasaan tersebut, Anda perlu memangkas pendek kuku Anda sehingga Anda tidak memiliki alasan untuk menggigitnya.

5. Jangan terlalu sering menggunakan cat kuku

Terlalu sering menggunakan cat kuku atau kuteks dapat membuat lapisan kuku Anda kering, sehingga meningkatkan risiko pertumbuhan bakteri atau jamur tumbuh di bawahnya. Jika Anda senang gonta-ganti cat kuku, pastikan ada minimal waktu satu minggu untuk kuku Anda bebas bernapas di sela-sela pergantian warna cat kuku.

6. Ada kulit yang sobek di sisi kuku? Jangan ditarik!

Kulit yang sobek di pinggir kuku sering kali membuat Anda “gatal” untuk menarik dan menyobeknya. Tapi, jangan lakukan hal ini! Karena, jika salah, maka Anda akan mengalami infeksi.
Jika Anda menemukan kulit sobek di pinggir kuku, jangan tarik ke belakang karena dapat merobek lapisan atas kulit, sehingga menyebabkan pendarahan dan infeksi. Anda dapat menggunakan gunting yang bersih atau gunting kuku untuk mencabutnya dengan perlahan.

7. Kenapa kuku tampak lebih panjang pada orang yang sudah meninggal?

Setelah Anda meninggal, dehidrasi akan membuat kulit dan jaringan lunak lainnya menyusut dan tubuh Anda akan berhenti memproduksi hormon pertumbuhan sehingga membuat kuku Anda tidak akan tumbuh lagi. Kuku atau rambut Anda mungkin akan terlihat lebih panjang setelah meninggal, namun bukan karena kuku dan rambut Anda terus tumbuh, melainkan karena kulit di sekitarnya mengerut sehingga kuku dan rambut tampak memanjang.

Kamis, 18 Oktober 2018

Sering Salah, Ternyata Begini Aturannya Minum Obat 3 Kali Sehari

Setiap obat, baik itu yang dari resep dokter atau dijual bebas di toko obat, memiliki aturan minum dan jadwal dosisnya masing-masing. Aturan ini harus dipatuhi agar Anda bisa cepat sembuh. Nah ketika mendapat obat yang harus diminum 3 kali sehari (3×1), kapan saja biasanya Anda meminumnya? Pagi, siang, dan malam? Sebetulnya, cara minum obat 3 kali sehari seperti ini kurang tepat, lho! Lantas, kapan waktu minum obatnya?

Aturan minum obat 3 kali sehari yang benar sesuai anjuran

Maksud dari minum obat dengan aturan minum tiga kali sehari adalah memang dalam sehari Anda minum obat sebanyak tiga kali. Namun, cara membagi waktunya tidak sesederhana hanya “pagi, siang, dan malam”.
Dilansir dari Detik Health, dr. Anis Kurniawati, PhD, SpMK(K), sekretaris Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) dari Kementerian Kesehatan, cara membagi waktu minum obat 3 kali sehari harus per 24 jam. Artinya, Anda harus minum obat setiap 8 jam sekali untuk tiga kali dalam sehari.
Jadi, misalkan waktu pertama kali Anda minum obat di hari itu adalah pukul 8 pagi. Maka dosis kedua harus Anda minum pukul 4 sore, dan dosis terakhir harus Anda minum pada pukul 12 malam. Bukan berarti Anda minum obat mengikuti waktu makan pagi, siang, dan malam.
Mengikuti aturan minum obat 3 kali sehari dengan benar itu penting. Dr Anis lanjut mengatakan, aturan frekuensi minum obat dibuat berdasarkan proses penyerapan obat dalam tubuh. Untuk beberapa obat tertentu, jadwal minum harus benar-benar saklek karena dosis konsentrasi obat harus tetap ada terus-terusan dalam darah.
Begitu konsentrasi obat mulai turun, maka efektivitasnya bisa menurun untuk memerangi penyakit sehingga Anda harus minum obat lagi demi menjaga konsentrasi obat di dalam darah tetap stabil.

Lantas, bagaimana jika saya lupa minum dosisnya?

Jika Anda lupa minum obat, tapi waktu sudah akan masuk ke waktu selanjutnya untuk minum obat, apa yang harus dilakukan? Biasanya Anda memilih untuk melewatkan saja satu waktu minum obat ini. Atau beberapa orang mungkin memilih untuk menambah dosisnya menjadi dua.
Namun, itu cara minum obat yang salah. Anda tidak boleh menggabungkan dosis obat dalam satu waktu. Atau memilih untuk tidak minum obat di waktu kedua, dan lanjut saja minum di waktu ketika yang sudah ditentukan.
Jika Anda lupa minum obat di satu waktu, langsung minum saja di saat itu juga. Untuk waktu minum obat selanjutnya, Anda sesuaikan lagi dengan delapan jam setelahnya, atau delapan jam waktu terakhir Anda minum obat.
Misalnya Anda minum obat yang pertama pukul 8 pagi, lalu Anda lupa seharusnya minum lagi pukul 4 sore. Anda baru ingat setelah pukul 5 sore. Nah begitu teringat, langsung saja minum obat di waktu tersebut. Untuk selanjutnya, Anda minum lagi di delapan jam setelah pukul 4 sore; yaitu tetap pukul 12 malam.